Rabu, 12 Juni 2013

Klasifikasi Sendi Berdasarkan Adanya Gerak



Berdasarkan ada tidaknya gerakan yang terjadi, sendi dibedakan menjadi tiga, yaitu sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 22).
1.     Sinartrosis (Sendi Mati)
Sinartrosis adalah persendian yang tidak memungkinkan adanya gerak sama sekali antara dua tulang yang bersambungan. Oleh karena itu, sinartrosis disebut juga sebagai sendi mati (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 22). Persambungan ini sangat kuat, biasanya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa atau kartilago (Kalyani Premkumar, 2004: 125). Sendi ini biasanya digunakan untuk melindungi bagian tertentu. Terdapat empat tipe sendi sinartrosis, yaitu sutura, gomphosis, sinkondrosis, dan sinostosis (Martini, 2007: 190).
a.       Sutura
Sutura yaitu persendian antartulang tengkorak. Sutura membentuk persendian persendian melalui hubungan dua tulang yang ujungnya kasar saling mengunci dan disatukan oleh jaringan ikat fibrosa (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 22).
 Gambar 1. Persendian antartulang tempurung kepala (skull
yang disatukan oleh jaringan fibrosa (Marieb, 2001)


b.       Gomphosis
Gomphosis merupakan persambungan antara gigi dengan soket pada maksila dan mandibula. Penghubung fibrosa pada bagian ini disebut dengan ligamen periodontal (Martini, 2007: 190). 


Gambar 2. Sendi gomphosis pada persambungan antara gigi
 dengan soket (Marieb, 2001)

c.       Sinkondrosis

Sendi sinkondrosis bersifat rigid (kaku). Jembatan kartilago menghubungkan kedua tulang (Martini, 2007: 190). Contohnya adalah persendian antara epifisis dan diafisis tulang panjang. Pada tulang yang sedang tumbuh, persendian disatukan oleh jaringan tulang rawan hialin yang dikenal dengan nama cawan epifiseal. Setelah tulang berbenti tumbuh, cawan epifiseal diganti oleh jaringan tulang keras sehingga epifisis dan diafisis benar-benar menyatu (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 22). Selain itu, sendi ini juga terdapat pada hubungan antara tulang rusuk (costae) dengan tulang dada (sternum) (Martini, 2007: 190).



Gambar 3. Persendian antara epifisis dan diafisis tulang panjang 
(Douglas College, 1999)


Gambar 4. Hubungan antara tulang rusuk (costae) dengan tulang dada 
(sternum) (Marieb, 2001)


d.       Sinostosis
Persendian ini bersifat sangat kaku karena terbentuk dari persambungan tulang tanpa ada jaringan lain yang menghubungkannya. Contohnya adalah persambungan tulang dahi (tulang frontal) yang menghubungkan dahi kanan dan kiri. 
Gambar 5. Persendian antara tulang dahi kanan dan kiri 

(Ronald A. Bergman dan Adel K. Afifi, 2013)
 

2.      Amfiartrosis (Sendi Kaku)
Amfiarrosis adalah persendian yang masih memungkinkan adanya sedikit gerakan antara dua tulang. Permukaan persendian dibatasi oleh jaringan antara. Jaringan antara ini dapat berupa jaringan fibrosa dan jaringan tulang rawan (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 23). Sendi ini memiliki dua tipe, yaitu sindesmosis dan simfisis (Kalyani Premkumar, 2004: 125).
a.     Sindesmosis
Sindesmosis merupakan persambungan antartulang yang dihubungkan oleh ligamen. Contohnya adalah persendian antara tibia dan fibula (Kalyani Premkumar, 2004: 125).

Gambar 6. Persendian antara tibia dan fibula (Marieb, 2001)
 
b. Simfisis 
Simfisis merupakan persendian yang dihubungkan oleh fibriokartilago. Contohnya adalah persendian antara tulang pubis dan antara ruas-ruas tulang belakang (Kalyani Premkumar, 2004: 125).

Gambar 7. Sendi simfisis (Douglas College. 1999)


3.      Diartrosis (Sendi Gerak)
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan adanya gerak bebas antartulang. Diartrosis juga disebut sebagai persendian sinovial (synovial joint) (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 23).
Persendian diselubungi oleh kapsul dari jaringan ikat fibrosa yang disebut kapsul sendi (articular capsule). Kapsul terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan fibrosa eksternal dan lapiran sinovial internal atau yang sering disebut dengan membrane sinovial. Lapisan fibrosa tersusun atas jaringan yang tebal dan tidak beraturan, namun fleksibel dan kuat. Fleksibilitas ini memungkinkan pergerakan yang lebih leluasa.  Jaringan yang kuat mencegah terjadinya dislokasi tulang. Kapsul fibrosa kadang-kadang diperkuat oleh ligament. Membran sinovial terdapat dibagian permukaan kapsul bagian dalam. Membran sinovial berfungsi menghasilkan cairan sinovial. Cairan ini berfungsi:
a.       sebagai pemulas untuk megurangi gesekan antartulang,
b.      menyalurkan nutrisi dan membuang zat sisa,
c.       mengurangi getaran,
d.      pertahanan.
Bagian permukaan tulang satu dengan yang lain tidak berhubungan secara langsung karena terdapat kartilago (articular cartilage) (Kalyani Premkumar, 2004: 125-126).



Gambar 8. Struktur persendian synovial (Kalyani Premkumar, 2004: 126)

Sebagian besar persendian rangka tubuh manusia adalah diartrosis. Persendian diartrosis dibedakan menjadi enam macam, yaitu sendi luncur, sendi engsel, sendi putar, sendi pelana, sendi peluru, sendi ellipsoidal (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 23).
a.       Sendi Luncur
 Permukaan sendi biasanya datar. Sendi ini hanya mungkin melakukan gerakan kiri kanan dan muka belakang. Persendian yang memungkinkan gerak pada dua bidang datar seperti ini disebut persendian dua sumbu (biaksial). Contohnya adalah persendian antara tulang-tulang karpal, antara tulang-tulang tarsal, antara sternum dan klavikula, dan antara scapula dan klavikula (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).

Gambar 9. Sendi luncur antartulang karpal (Marieb, 2001)


b.       Sendi Engsel
Permukaan sendi tulang pertama cekung, sedangkan permukaan sendi tulang kedua cembung. Permukaan cembung tepat dapat masuk pada permukaan cekung. Persendian ini memungkinkan gerakan hanya pada satu bidang datar sehingga termasuk persendian satu sumbu (monoaksial). Persendian ini dapat menghasilkan gerak fleksi-ekstensi seperti gerak membuka dan menutup pintu. Gerak fleksi adalah suatu gerakan yang mengacu pada gerak mengecilkan sudut. Gerak ekstensi mengacu pada gerak membesarkan sudut. Contoh sendi ini adalah sendi pada siku dan lutut (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).
 

Gambar 10. Sendi engsel pada siku (Marieb, 2001)


c.       Sendi Putar
Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat, meruncing, aau berbentuk kerucut bersendi dengan lekuk yang dangkal dari tulang lain. Sendi ini memungkinkan gerakan utama berupa putaran (memutar) dan termasuk persendian monoaksial. Contoh sendi putar adalah persendian antara tulang atlas dengan dasar tulang tengkorak yang menghasilkan gerakan menggelengkan kepala, persendian antara ujung proksimal tulang radius dan ulna yang menghasilkan gerakan supinasi dan pronasi tapak tangan (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).
 

Gambar 11. Sendi putar pada ujung proksimal tulang radius dan ulna 
(Marieb, 2001)

d.       Sendi Pelana
Permukaan ujung tulang pertama pada sendi pelana berbentuk cekung. Permukan tulang ini masuk ke permukaan tulang kedua yang berbentuk cembung. Persendian ini memungkinkan gerakan menyamping (kanan-kiri) dan gerak muka belakang sehingga termasuk persendian biaksial. Contoh sendi pelana adalah persendian antara tulang trapesium dan metacarpal dari ibu jari (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24). 

Gambar 12. Sendi pelana antara tulang trapesium dan metacarpal dari ibu jari (Marieb, 2001)



e.       Sendi Peluru
Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertama berbentuk seperti bola dan permukaan tulang kedua berbentuk cekung seperti mangkuk. Permukaan sendi pertama masuk ke permukaan sendi kedua. Persendian ini memungkinkan terjadinya gerakan triaksial, yaitu gerakan fleksi dan ekstensi, abduksi dan aduksi, serta gerakan rotasi. Contoh sendi peluru adalah persendian antara tulang lengan atas dengan tulang belikat dan persendian antara tulang paha dengan tulang pinggul (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).


Gambar 13. Sendi peluru antara tulang lengan atas dengan tulang belikat         
 (Marieb, 2001)



f.       Sendi Elipsoidal
Pada sendi ellipsoidal, ujung tulang yang berbentuk oval masuk ke cekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan gerakan kiri kanan dan muka belakang sehingga termasuk persendian biaksial. Contoh sendi ellipsoidal adalah persendian antara tulang radius dan tulang karpal yang memungkinkan gerak tapak kanan ke atas dan ke bawah dan ke kanan kiri, serta sendi antara phalanges dan metacarpal (Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).
 
Gambar 14. Sendi phalanges dan metacarpal (Marieb, 2001)


Untuk melihat video tentang sendi diartrosis klik di sini.

Daftar Pustaka:


Martini, Frederic H. 2007. Anatomy and Physiology 1st Edition. Jurong: Pearson education South Asia Pte. Ltd.

Premkumar, Kalyani. 2004. The Massage Connection Anatomy and Physiology 2nd Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins.



Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.


Sumber Gambar:

Bergman, Ronald A. dan Adel K. Afifi. 2013. The Bones of The Skull Seen From the Front. Diakses dari http://www.anatomyatlases.org/atlasofanatomy/plate01/01skullfront.shtml pada 12 Juni 2013 pukul 13.00 WIB.

Douglas College. 1999. Articulations. Diakses dari http://people.douglas.bc.ca/mcgregor/project/articulations.html pada 12 Juni 2013 pukul 13.30 WIB.



Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology 5th Edition.  San Fansisco: Benjamin Cummings.

Premkumar, Kalyani. 2004. The Massage Connection Anatomy and Physiology 2nd Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins.

Sumber Video:

Cork, Alejandra. 2011. 3D Medical Animation-Ankle Joint-Bones of Foot. Diakses dari http://www.youtube.com/watch?v= NbrvU7MgY0 pada 15 April 2013 13:15.

 

3 komentar: